Pengelolaan Wereng Batang Cokelat

A.  Kondisi Saat Ini dan Prediksi Musim Tanam Mendatang

Serangan wereng batang cokelat (WBC) pada musim hujan 2016 cenderung mengalami peningkatan, dan serangan tidak hanya terjadi di sentra produksi padi di Pulau Jawa tetapi juga di pulau lain. Berbagai tindakan pengendalian telah dilakukan untuk menurunkan populasi. Saat ini sebagian tanaman padi telah atau akan segera memasuki musim panen. Meskipun terdapat kecenderungan penurunan populasi dan luas serangan WBC, namun berdasarkan pada pengalaman tahun-tahun sebelumnya, prediksi iklim mendatang, dan adanya tindakan penggunaan pestisida yang tidak benar akan bisa mendorong terjadinya ledakan populasi dan luas serangan yang lebih tinggi di musim mendatang. Oleh karena itu, langkah langkah dini sesuai dengan prinsip Pengelolaan Hama Terpadu (PHT) perlu diterapkan untuk mengurangi risiko terjadinya ledakan WBC dan virus yang ditularkannya.

B.  Usulan Tindakan Pengelolaan

1.  Jangka pendek (sisa MH 2016)

  1. Pemantauan di daerah yang telah dilakukan pengendalian dengan pestisida baik kimia sintetik, nabati, maupun mikroba untuk mengevaluasi hasil sehingga dapat digunakan sebagai dasar pengendalian kalau diperlukan di masa mendatang;
  2. Pemantauan di daerah-daerah sekitar daerah serangan untuk memantau penyebaran, khususnya di hamparan-hamparan yang baru saja tanam;
  3. Eradikasi tanaman dan singgang yang terserang oleh virus yang terbawa oleh WBC;
  4. Pengamatan WBC tidak hanya populasi per rumpun tetapi juga stadium dominan WBC dan populasi musuh alami, khususnya predator. Hasil pengamatan keseimbangan ekosistem dan kecenderungan dari waktu ke waktu digunakan sebagai dasar perlu tidaknya penggunaan pestisida;
  5. Populasi WBC yang masih rendah (di bawah AE) tidak perlu dikendalikan dengan pestisida, termasuk pestisida nabati maupun mikroba;
  6. Pada akhir musim panen dan masa pembibitan, pemantauan secara seksama dilakukan pada bibit dan tanaman muda untuk mampu melakukan pencegahan penyebaran dan perkembangbiakan;
  7. Tanaman puso yang bisa menjadi sumber inokulum perlu dikelola;
  8. Pemerintah bersama dengan masyarakat melakukan pengendalian jika terjadi eksplosi maupun eradikasi sumber inokulum (tanaman terserang).

2.  Musim Kemarau 2017

  1. Penanaman varietas padi yang mempunyai gen ketahanan terhadap WBC dan melakukan pergiliran varietas tahan untuk mencegah terpatahkannya sifat ketahanan oleh biotipe baru;
  2. Melanjutkan penanaman refugia di daerah-daerah endemis WBC;
  3. Pengamatan yang intensif dan representatif untuk dapat mendeteksi secara dini adanya populasi WBC. Kegiatan pengelolaan pada tanaman terserang tetap mendasarkan pada prinsip PHT;
  4. Mendidik petani di daerah sentra padi dan daerah endemis WBC untuk membantu melakukan pengamatan dan melaporkan kepada POPT untuk memperluas daerah pemantauan;
  5. Melakukan mapping dan pengujian sederhana untuk mengetahui jenis insektisida yang masih efektif untuk mengendalikan populasi WBC yang ada saat ini. Hasil ini dapat digunakan sebagai dasar pemilihan insektisida yang dapat digunakan kalau populasi WBC melampaui AE;
  6. Menghindari penggunaan pestisida (kimia sintetik, nabati, maupun mikroba) pada awal tanam sampai masa vegetatif untuk memberikan peran maksimum layanan ekosistem (ecosystem services), faktor biotik khususnya, dan penambahan bahan organik dalam meregulasi populasi WBC;
  7. Pengembangan parasitoid telur WBC oleh laboratorium dan hasil pembiakan masal dilepaskan ke lapangan khususnya di awal musim tanam;
  8. Penggunaan pestisida pada masa vegetatif maupun generatif didasarkan pada hasil analisis ekosistem, khususnya keseimbangan antara populasi WBC dan musuh alami;
  9. Kalau pestisida harus digunakan maka harus mengikuti 6 tepat, khususnya dalam dosis/konsentrasi dan volume semprot serta dilakukan dalam cakupan serangan WBC. Penggunaan alat semprot Mist Blower lebih disarankan untuk cakupan serangan luas;
  10. Rekomendasi pada poin nomor 1 di atas yang relevan juga berlaku untuk Musim Kemarau 2017.

3.  Jangka menengah-panjang

  1. Untuk mengurangi risiko terjadinya ledakan populasi WBC di tahun tahun mendatang, perbaikan layanan ekosistem secara berkelanjutan sangat diperlukan melalui langkah operasional sebagai berikut:
  2. Peningkatan pemahaman kepada petugas, petani, dan peneliti secara berkelanjutan tentang masalah WBC dan perannya sebagai vektor virus;
  3. Pemetakan biotipe dan resistensi WBC, serta melakukan evaluasi insektisida yang telah terdaftar khususnya dampaknya terhadap musuh alami dan keperidian WBC;
  4. Perbanyakan dan pelepasan parasitoid yang spesifik untuk WBC secara terprogram dan dievaluasi;
  5. Pelatihan tentang risiko penggunaan pestisida baik bagi kesehatan lingkungan maupun manusia; dan penggunaan pestisida nabati maupun mikroba tetap mengacu pada prinsip PHT;
  6. Perakitan varietas tahan dan desain pengelolaan varietas setelah pelepasan untuk memperpanjang masa hidup varietas tersebut dan memperlambat perkembangan biotipe WBC;
  7. Untuk mengurangi kehilangan hasil padi karena serangan OPT, diperlukan sistem pengamatan dan pengambilan keputusan yang akurat dan cepat. Untuk mencapai hal tersebut, diperlukan teknologi masa kini dan SDM yang memadai dari sisi kualitas dan kuantitas;
  8. Para petugas lapangan pertanian perlu dibekali dengan pengetahuan dan prinsip-prinsip dalam penerapan PHT.

 

C.  Peserta Diskusi

  1. Fakultas Pertanian UGM (Sri Nuryani Hidayah Utami, Y. Andi Trisyono, Edhi Martono, Witjaksono, Sri Sulandari)
  2. Fakultas Pertanian IPB (Suryo Wiyono)
  3. Fakultas Pertanian UB (Gatot Mudjiono)
  4. Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan (Deddy Ruswansyah, Siti Haryati, Dyah Mutiawari, Arpiah, Gandi Purnama)
  5. BPTPH Jawa Barat (Arifani Murtajianto)
  6. BPTPH Banten (Umar Said)
  7. BPTPHP Jawa Tengah (Kus Priyanti, Daniar Triwulandari, Wrin Driatmono.)
  8. BPTP DIY (Suparjono, Supriyana)
  9. UPT Proteksi TPH Jawa Timur (Ali Son’any)