PANEN BAWANG PUTIH – Dr. Ir. Sri Nuryani Hidayah Utami, MP., M.Sc.

INFORMASI

Bawang putih yang akan dipanen harus mencapai cukup umur. Tergantung pada varietas dan daerah, umur panen yang biasa dijadikan pedoman adalah antara 90 sampai dengan 120 hari. Ciri bawang putih yang siap panen adalah sekitar 50% daun telah menguning atau kering dan tangkai batang keras.

Umbi bawang putih siap panen bila sudah menunjukkan ciri masak panen optimal, yaitu ada perubahan warna tangkai daun dari hijau segar menjadi kekuningan, pangkal batang mengeras dan umbi mulai keluar di permukaan tanah

• Ciri-ciri tanaman siap panen adalah terjadi perubahan warna pada daun dari hijau menjadi kuning dg tingkat kelayuan 35-60%.

• Panen dilakukan dengan cara mencabut tanaman dengan tangan pada saat cuaca cerah.

• Produksi umbi mencapai 5,6 sampai 12 ton/ha

Sumber Pustaka

Hilman. Y. A. Hidayat, dan Suwandi. 1997. Budidaya Bawang Putih Di Dataran Tinggi . Puslitbang Hortikultura. Jakarta.

Dinas Pertanian Magetan. 2015. SOP Budidaya Bawang Putih.

Bawang putih di cabut dengan hati-hati jangan sampai patah. Bawang putih yang telah di cabut diikat dan dikumpulkan di tempat yang teduh kemudian dibawa dengan menggunakan pikulan.

Bawang putih yang sudah dipanen dibersihkan dari daun-daun yang kering dan dibuang akarnya. Kemudian digantung diangin – anginkan diatas para-para (pogo) Mendapatkan hasil umbi bawang putih dengan mutu yang baik dan tingkat ketuaan sesuai untuk benih.

Panen bawang putih tergantung pada varietasnya, yaitu antara 90-120 hst. Ciri-ciri tanaman siap panen adalah terjadi perubahan warna pada daun dari hijau menjadi kuning dg tingkat kelayuan 35-60%. Panen dilakukan dengan cara mencabut

tanaman dengan tangan pada saat cuaca cerah. Produksi umbi mencapai 5,6 sampai 12 ton/ha

Sumber Pustaka

Hilman. Y, A. Hidayat, dan Suwandi. 1997. Budidaya Bawang Putih Di Dataran Tinggi . Puslitbang Hortikultura. Jakarta.

Memilih umbi bawang putih yang baik sambil memisahkan yang rusak, cacat, secara tersendiri. Jika terdapat campuran varietas lain (CVL) sejak di lapang yang sudah ditandai perbedaannya dan tidak sama dengan deskripsi varietas, maka pemanenannya harus disendirikan dan tidak dijadikan benih. Dikering anginkan selama 10-15 hari kemudian diikat per 100 umbi dengan daunnya.

Di tingkat petani, cara dan peralatan dalam menangani pascapanen di tingkat petani masih dilaksanakan secara tradisional . Cara pengeringan adalah (1) dikeringkan langsung di bawah sinar matahari dengan posisi bagian umbi ditutup dengan daunnya, (2) dikeringkan dalam bangsal berlapis dengan cara digantung baik di

kebun maupun di rumah. Pengeringan juga dapat dilakukan di ruangan dengan menggunakan asap kayu (pengasapan). Setelah kering, umbi disimpan di gudang, selama penyimpanan 3 bulan susut bobotnya mencapai sekitar 40%. Penyimpanan untuk bibit memerlukan waktu yang lebih lama (5-6 bulan untuk varietas dataran medium dan rendah, 9 bulan untuk varietas dataran tinggi). Suhu optimum untuk penyimpanan umbi adalah 30°c dan kelembaban 70% menunjukkan mutu umbi bawang putih terbaik (sinaga et al. 1993).

Selain dengan penyimpanan yang baik, kehilangan dan kerusakan produk bawang putih dapat dikendalikan dengan proses pengolahan yang benar. Pengolahan bawang putih bertujuan agar produk tersebut lebih tahan lama di simpan dan lebih mudah dalam pengemasan dan pengangkutan. Salah satu cara pengolahan bawang putih adalah dengan proses sebagai tepung. Sampai saat ini penggunaan tepung bawang putih dalam industri pangan sudah cukup banyak misalnya dalam produk-produk ―chips‖ yang sekarang sedang berkembang di indonesia. Masalah utama dalam pembuatan tepung bawang putih adalah hilangnya komponen aroma akibat proses pemanasan. Hasil penelitian di balai penelitian tanaman sayuran menyimpulkan bahwa perlakuan suhu pengeringan 50 – 80oc menghasilkan kandungan vrs tertinggi dan penerimaan panelis terhadap warna dan aroma tepung bawang putih yang paling disukai.

Perawatan/Pelayuan (Curing)

• Curing atau pelayuan daun warna kulit umbi lebih merah dan mengkilat

• Proses pelayuan dan pengeringan untuk mengurangi kadar air

• Ikatan daun bawang sebanyak 1 genggam menjadi 1 ontel/ 1 ikat/ 1 gedeng

• Pelayuan selama 2-3 hari atau sesuai kondisi daun (sudah setengah kering),

posisi daun di atas menutupi umbi sehingga tidak terkena sinar matahari langsung

Curing atau Pelayuan bawang putih dengan cara dikering anginkan selama 10-15 hari Kemudian diikat per 100 rumpun.

Di daerah umumnya cara dan peralatan dalam menangani pascapanen di tingkat petani masih dilaksanakan secara tradisional. Cara pengeringan adalah

(1) dikeringkan langsung di bawah sinar matahari dengan posisi bagian umbi ditutup dengan daunnya, (2) dikeringkan dalam bangsal berlapis dengan cara digantung baik di kebun maupun di rumah. Pengeringan juga dapat dilakukan di ruangan dengan menggunakan asap kayu (pengasapan). Setelah kering, umbi disimpan di

gudang, selama penyimpanan 3 bulan susut bobotnya mencapai sekitar 40%. Penyimpanan untuk bibit memerlukan waktu yang lebih lama (5-6 bulan untuk varietas dataran medium dan rendah) dan 9 bulan untuk varietas dataran tinggi). Suhu optimum untuk penyimpanan umbi adalah 30°C dan kelembaban 70% menunjukkan mutu umbi bawang putih terbaik .

Penyimpanan bawang putih merupakan masalah penting yang dihadapi petani, akibat penyusutan bobot bisa mencapai 50% lebih. Daya simpan umbi bawang putih bergantung kepada perlakuan pra panen seperti pemupukan dan cara pengeringan umbi. Selain itu pengeringan bawang putih dapat menggunakan alat in store drying yang telah dibuat oleh BB Mektan.

Seleksi di gudang : dilakukan 2-3 kali, membuang benih keropos, cacat, terserang OPT, tidak bernas dan menggrading ukuran benih sesuai deskripsi varietas. BPSB melakukan pengawasan 1-2 kali. Memilih umbi bawang putih yang baik sambil memisahkan yang rusak, cacat, secara tersendiri. Jika terdapat campuran varietas lain (CVL) sejak di lapang yang sudah ditandai perbedaannya dan tidak sama dengan deskripsi varietas, maka pemanenannya harus disendirikan dan tidak dijadikan benih.

Sumber Pustaka

Hilman. Y., A. Hidayat, dan Suwandi. 1997. Budidaya Bawang Putih Di Dataran Tinggi . Puslitbang Hortikultura. Jakarta.

 

Artikel selengkapnya bisa diunduh disini (klik untuk mengunduh)