Usaha perikanan terutama perikanan tangkap bersifat quick yielding (cepat memberikan hasil) dan profitable, meskipun berisiko. Namun demikian, kenyataanya pelaku usaha perikanan tangkap, terutama nelayan pada umumnya berpendapatan rendah, miskin dan kurang sejahtera. Beberapa permasalahan yang dihadapi oleh nelayan dalam kegiatan penangkapan adalah ketergantungan terhadap kondisi ketersediaan sumberdaya ikan dan kondisi alam. Peningkatan jumlah nelayan mencapai 50% dalam satu dasa warsa, hal tersebut menyebabkan meningkatkan tekanan yang mempercepat kerusakan sumberdaya alam dan penurunan keanekaragaman hayati. Pada beberapa daerah bahkan sudah mengalami lebih tangkap/over fishing yang sangat nyata.
Aktivitas penangkapan sudah dimulai sekitar 100.000 tahun yang lalu. Kegiatan penangkapan berdasarkan sejarah, pertama kali dimulai oleh bangsa Neanderthal (neanderthal man) (Sahrhange and Lundbeck, 1991). Bangsa tersebut melakukan aktivitas penangkapan secara sangat sederhana, yaitu dengan menggunakan tangan tanpa bantuan alat penangkapan. Seiring dengan berjalannya waktu, aktivitas penangkapan mulai berkembang dengan ditandai adanya alat bantu untuk menangkap ikan. Alat bantu untuk menangkap ikan masih sangat tradisional, yang terbuat dari barang-barang yang ada di alam, seperti kayu, batu, tulang, dan tanduk.
PENGELOLAAN TANAH
Cara manusia dalam memperlakukan tanah agar dapat menghasilkan tanaman pangan, serat-seratan dan tanaman makanan ternak (The Encyclopedia of Soil Science. Dowden, Hucthinson, Ross Inc. Stroudsbuny. Penysilvania)
Seluruh usaha pengolahan cara bercocok tanam, pemupukan, pangapuran dan perlakuan lain yang dilakukan/diterapkan pada tanah untuk memproduksikan tanaman (Gusmono Soepardi. Serenai Istilah Tanah dan Definisinya dalam Komisi Istilah Tanah. HITI)
Analisis tanah telah menjadi metode standar untuk menentukan persyaratan hara tanaman dalam kebanyakan negara di dunia, hal ini disebabkan :