Andi Syahid Muttaqin
Lab. Agroklimatologi, Dept. Tanah, Fakultas Pertanian UGM
andi.syahid@mail.ugm.ac.id
Andi Syahid Muttaqin
Lab. Agroklimatologi, Dept. Tanah, Fakultas Pertanian UGM
andi.syahid@mail.ugm.ac.id
Cabai merupakan komoditas hortikultura yang banyak dikembangkan dan mudah dijumpai di Indoneisa. Beberapa hal yang mendorong petani menanam cabai adalah sifat tanaman cabai yang bisa ditanam dari dataran rendah hingga ke dataran tinggi, iklim di Indonesia yang mendukung untuk pengembangan cabai serta harga cabai yang terkadang tinggi meskipun tidak jarang harga cabai juga jatuh saat musim panen raya. Cabai juga sangat digemari oleh masyarakat Indonesia karena memberikan efek pedas pada makanan dan menambah selera makan. Salah satu jenis cabai yang dimanfaatkan karena tingkat kepedasannya adalah cabai rawit. Cabai ini diyakini sebagai cabai yang terpedas dibandingkan dengan cabai keriting dan cabai besar. Dalam pemanfaatannya, cabai rawit segar akan diolah menjadi sambal dengan berbagai bahan tambahan dan disediakan di berbagai tempat makan mulai dari warung tenda “penyetan” atau “Lamongan”, warung makan, rumah makan, hingga restoran berkelas dan hotel berbintang. Jaringan pemasaran yang begitu luas dan beragam tentu memegang peran sangat penting dalam pendistribusian cabai rawit ke berbagai wilayah sehingga cabai dapat dijumpai di tempat-tempat tersebut.
Salak merupakan salah satu komoditas buah yang menjadi unggulan di Kabupaten Magelang, Propinsi Jawa Tengah. Salak banyak dibudidayakan oleh masyarakat di berbagai kecamatan tepatnya di sembilan kecamatan dengan luas tanam mencapai 2,500 hektar dan produksi per tahun 57,500 ton. Kecamatan Srumbung, Salam dan Dukun merupakan daerah sentra pengembangan salak di kabupaten ini. Ketiga kecamatan tersebut secara geografis terletak di lereng Gunung Merapi dengan kondisi yang mendukung budidaya salak karena membutuhkan kondisi tanah yang mengandung banyak bahan organik, mampu menyimpan air namun tidak mudah tergenang dengan tingkat keasaman tanah yang netral. Ketinggian tanah yang sesuai untuk tanaman salak adalah 0-700 mdpl dengan toleransi hingga 200 mdpl yang berarti ketinggian tanah lebih dari 900 mdpl akan menyebabkan salak sulit berbuah. Berdasarkan data BPS Kabupaten Magelang, Kecamatan Srumbung memiliki ketinggian 501 mdpl, Kecamatan Salam 336 mdp dan Kecamatan Dukun 578 mdpl yang berarti daerah tersebut memang cocok sesuai dengan syarat tumbuh tanaman salak.
Cokelat merupakan produk yang sudah tidak asing lagi dalam kehidupan sehari-hari. Produk ini dapat dijumpai dalam berbagai bentuk makanan dan minuman seperti permen cokelat, cokelat batangan, minuman cokelat, cokelat bubuk sebagai bahan kue dan roti, hingga merambah ke produk kecantikan seperti masker dan lulur cokelat. Produk tersebut dibuat dengan bahan dasar biji dari buah kakao yang relatif mudah didapatkan di Indonesia. Biji kakao merupakan salah satu komoditas perdagangan yang menarik untuk dikembangkan karena Indonesia berada di wilayah khatulistiwa yang memiliki kesesuaian iklim sebagai tempat tumbuh dan budidaya tanaman kakao. Menurut Baihaqi dkk. (2014) perkebunan kakao Indonesia mengalami perkembangan yang pesat sejak awal tahun 1980-an dan pada tahun 2002, areal perkebunan kakao seluas 914.051 ha. Perkebunan tersebut terdiri dari 87% perkebunan kakao rakyat, 6% perkebunan negara dan 6,7% perkebunan swasta besar.
Apa yang dimaksud dengan Supply Chain Management?
Mengenal SCM tidak dapat dilepaskan dari mengenal dan memahami supply chain terlebih dahulu sehingga dapat membedakan antara SCM dengan supply chain.